Kisho Kurokawa

BIOGRAFI

Lahir : Nagoya, 1934
Tempat tinggal : Jepang
Pendidikan : – Graduated from Kyoto University, B. / Arch. Course, Department of Architecture (1957), Tokyo University
– M. / Arch. Course, School of Architecture (1959) Tokyo University
– Dr. / Arch. Course, School of Architecture (1964)
Debut : – Tahun 1960 memelopori pendirian metabolisme Movement. Sejak itu memiliki paradigma dari the Age of Machine Principle ke the Age of Life Principle
– Mempublikasikan “Urban Design”, “Homo Movens”, “Thesis on Architecture I and II”, “ The Era of Nomad”, “ Philosophy of Symbiosis”, “Hanasuki”, “Poems of Architecture” and “Kisho Kurokawa Note”. Bukunya yang berjudul Philosophy of Symbiosis mendapatkan penghargaan dari The Japan Grand Prix Literature, diterbitkan tahun 1987 dan direvisi 1991.
– Beberapa karyanya di Jepang yaitu: Hiroshima City Museum of Contemporary Art, Wakayama, 1994, The National Ethnological Museum, Honjin Memorial Museum of Art in Japan, The National Bunraku Theatre, Sony Tower, Osaka, 1972-1973, Nagoya City Art Museum, Ehime Prefectural Museum of General Science, Osaka International Centre (Grand Cube Osaka), Karuizawa House, Karuizawa, 1974, , Tateshina Planetarium, Hiroshima, 1976 dll
– Beberapa karyanya di luar jepang antara lain ; The Art Museum of Louvain-la-Neuve di Belgia, German Centre of Berlin di Germany, Melbourne Central di Australia, Pasific Tower di Paris, Perancis Astana International Airport di Kazakhtan, the Chinese-Japanese Youth Centre di Beijing, China, , Republic Plaza, Singapore, The Kuala Lumpur International Airport, Malaysia, dan New Wing of the Van Gogh Museum, Amsterdam, dll
Penghargaan : – Japan Art Academy Award, 1992, for Nara City Museum of Photography
– 1986 Gold Medal, Academy of Architecture, France
– Chairman, Board of Trustees, Advanced Research for Japanese Architectural Studies, Columbia University

FILOSOFI PERANCANGAN
Kisho kurokawa mulai mencanangkan gagasan ‘metabolisme movement’ (pergerakan metabolisme) diawal tahun 1960, bersama Noboru Kawazoe, Masato Otaka, Fumihiko Maki, Kiyofumi Kikutake, Kiyoshi Awazu, Kenji Eduan, Shomei Tomatsu dan lainnya.
Ide awal dari filosofi ‘metabolisme movement’ adalah bila makhluk hidup tumbuh dan mengalami perkembangan (metabolisme), maka begitu pula dengan kota dan arsitektur.
Metabolisme movement mencakup segala aspek /bagian dan akan sulit bila merangkum bagian/ aspek-aspek tersebut dalam satu pengertian. Namun dirasa cukup adil bila mengatakan bahwa kejadian-kejadian perjalanan di masa lalu, sekarang dan akan datang dari manusia dan teknologi berpusat padanya.
Inti dari metabolisme sebenarnya berdasar pada pemikiran timur. Awalnya Kisho Kurokawa membaca buku milik Hijime Nakamura tentang cara orang-orang Timur berpikir di mana Nakamura menelusuri perjalanan Philosophy Budha dari tempat asalnya India ke Tibet, Thailand, China, Korea dan Jepang. Tujuan Nakamura adalah untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana naskah Budhisme itu dipaparkan melalui bermacam-macam bahasa dan dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat Asia. Sejak saat itu Kisho Kurokawa lebih memperhatikan ragam budaya arsitektur di Jepang. Buku ini sangat mempengaruhi pemikiran Kisho selain adanya pengaruh dari pendidikan masa kecil di Kuil Tokai Gakuen di Nagoya. Kepala sekolahnya yaitu Benkyo Shiio mengajarkan tentang Pondasi dari simbiosis (Zaidan Hojin Kyosei kai) yang memperkenalkan lebih lanjut tentang Kyosei Hokku Shu (koleksi dari versi religi dalam simbiosis) dan Kyosei Kyohon (simbiosis manual). Ajaran-ajaran ini memaparkan bahwa kita mempunyai paham bahwa dalam kehidupan ada kebenaran dan adanya usaha untuk masuk ke dalam Pure land (surga). Semua bagian dalam kehidupan saling berhubungan, hanya tergantung bagaimana usaha kita menciptakan dunia yang baik. Ini adalah kebenaran dari simbiosis di mana hubungan memberi dan diberi dalam kehidupan adalah hubungan simbiosis.
Dari hasil pengajaran, pengalaman, dan pemikirannya Kisho melakukan penjabaran dan penyatuan teori-teori arsitektur yang menghasilkan “Spirit of Age”. Pada abad 20 , di mana “age of Machine” mulai berpengaruh, kedudukan manusia dianggap setara dengan Tuhan. Segala kerusakan hutan, polusi udara, sungai, laut, pemusnahan hewan dan tanaman merupakan kejadian biasa yang tidak terelakkan akibat dari perkembangan teknologi dan aktivitas ekonomi. Manusia secara tidak sadar telah kalah dalam perjuangannya di masa modern dan sudah ditipu oleh keberadaan mesin dalam kehidupan sehari-hari. Bila manusia seharusnya mengendalikan mesin, maka keadaan ini sudah berbalik. Manusia tidak dapat lepas dari mesin dalam kehidupan sehari-hari. Mesin sebagai teknologi berkembang merupakan bentuk yang satu, benar-benar jelas batas pemisahan ruangnya, berbeda dengan organisme yang merupakan sebuah sistem kehidupan. Pada organisme juga terlihat pemisahan ruangnya namun tetap ada satu hal yang menghubungkan yaitu sistem informasi. Kisho Kurokawa berusaha menciptakan simbiosis antara keduanya dengan metabolisme dan metamorfosis sebagai kunci untuk mengekspresikan prinsip kehidupan.

Konsep Metabolisme ada dua, yaitu:
1. Diachronicity of time = hubungan antar waktu
Arsitektur modern memaparkan bahwa waktu bagaikan sebuah piramid, yang terdiri dari 3 lapis. Lapisan bawah adalah masa lalu di mana masa sekarang berdiam diri. Lapisan di atasnya adalah masa sekarang dan yang paling atas adalah masa depan. Dalam model ini masa lampau dan masa depan hanyalah akibat dari semua kejadian di masa sekarang yang merupakan pusat dari piramid. Menurut Kisho Kurokawa arsitektur merupakan evolusi dari masa lampau, masa sekarang dan masa depan, suatu pematangan dan proses metabolisme. Waktu bukanlah suatu serial kejadian atau mempunyai struktur hierarki dalam piramid/ pohon. Waktu merupakan jaringan , “rhizome” seperti jaringan laba-laba, tidak ada hierarki yang jelas. Bila masa lampau, sekarang dan masa depan diibaratkan sebagai suatu “rhizome” maka kita bisa merasa dan menganggap diri kita berada dalam jarak yang sama di semua waktu dan bebas berhubungan dengan apapun.

2. Synchronicity of space = hubungan antar ruang
Dalam strukturalisme budaya Barat, Amerika, Afrika, negara-negara Islam dan Asia mempunyai kedudukan status yang sama dan tiap-tiap pihak tersebut memiliki jarak yang sama, sehingga kita harus dapat merasakan keberadaan ‘nyawa’ dari kebudayaan yang berbeda-beda.
Segala perbedaan waktu dan budaya itu nantinya harus disatukan dalam 1 hubungan simbiosis dan menerapkannya pada proses kerja arsitektur.

Sesungguhnya komponen dasar dari filosofi simbiosis adalah simbiosis dari kebudayaan yang heterogen, manusia dan teknologi, interior dan eksterior, sebagian dan keseluruhan, sejarah dan masa depan, alasan dan intuisi, religi dan ilmu pengetahuan arsitektur manusia dan alam. Di bawah ini akan dibahas beberapa komponen dasar dari simbiosis di atas:

 Symbiosis of Interior and Eksterior
Dalam budaya Jepang terdapat Intermediary Space yaitu ruang antara. Sebenarnya dalam budaya di luar Jepang juga terdapat intermediary space namun keberadaannya tidak terlalu diperhatikan.
Konsep intermediary space adalah kunci penting dalam memahami Filosofi Simbiosis. Dari barat, dua hal yang berlawanan dilebur jadi satu kesatuan, atau ditolak sama sekali. Sebaliknya dalam filosofi simbiosis diciptakan sesuatu yang menghubungkan dua elemen itu sementara perbedaannya tetap dipertahankan. Hubungan yang diciptakan harus dinamis, selalu bergerak dan berubah. Untuk itu agar lebih efektif, hubungan itu biasanya berupa zone netral. Oleh karena itu dalam intermediarry space terdapat zona netral/transisi, atau bisa dikatakan juga zona abu-abu (peralihan dari hitam ke putih).

 Symbiosis of History and Present
Turunan dari diachronicity yang merupakan symbiosis waktu (lampau sekarang dan depan). Prinsip ini berusaha melihat masa lampau dengan sudut pandang filosofi simbiosis. Sejarah digambarkan dalam suatu simbol/ lambang, elemen arsitektural berupa nilai, ide, aesthetic, religions yang nantinya ditransformasikan pada masa sekarang dalam bentuk dan juga makna baru.

 Symbiosis of Man and Technology
Manusia dan teknologi menurut dunia modern adalah dua hal yang berbeda. Perbedaan inilah yang menjadi pemikiran dari dunia arsitektur modern. Dalam pemikiran simbiosis perbedaan ini ditelusuri sampai pada intinya yaitu roh dan raga pada manusia.

 Symbiosis of Man and Nature
Simbiosis yang terjadi antara manusia dan alam bukan hanya berupa hubungan dengan pohon, burung, serangga dan lingkungan di mana manusia itu berada. Segala benda buatan manusia seperti danau buatan, dermaga, hutan buatan, kota maupun teknologi seiring dengan waktu juga menjadi bagian dari alam. Segala sesuatu ciptaan Tuhan adalah alam sedangkan segala buatan manusia adalah artifisial yang tidak tahan lama. Hal ini menggambarkan 2 hal yang berbeda adalah satu.

KONSEP PERANCANGAN
1. National Bunraku Theater
Karya arsitek yang dipilih sebagai pembahasan pertama adalah National Bunraku Theatre yang terletak di Minami-ku, Kota Osaka. Desain dan konstruksinya dilakukan pada tahun 1979-1983, menghasilkan sebuah teater dengan luas bangunan 3.924,874 m2 sedangkan luas lantai total 13.169,911 m2 yang terdiri atas 2 basement dan 5 lantai atas. Teater ini menggunakan konstruksi baja dan teknis reinforced concrete.
Dari bangunan ini dapat diketahui bahwa dari beberapa filosofi konsep simbiosis yang ada, Kisho Kurokawa menggunakan 2 pendekatan konsep, yaitu 1) sysmbiosis with nature dan 2) symbiosis of tradition and modern architecture.

1. Pendekatan kosep Symbiosis with nature merupakan bentuk dari sikap yang diambil saat melihat site di mana bangunan ini berdiri. Memang bukan dalam artian ‘bagaimana bangunan ini dapat sesuai dengan kondisi alam sekitarnya’ namun lebih kepada usaha menyesuaikan luas bangunan dengan kebutuhan manusianya. Hal ini dikarenakan lokasi National Bunraku Theatre ini terletak pada area yang sangat padat di pusat Osaka dengan luas lahan yang kecil. Sementara kebutuhan untuk ruang dan fungsi yang ada sangat banyak, sehingga dapat diperkirakan lahannya tidak memadai. Untuk itu, bangunan ini menggunakan sistim bangunan bertingkat.
2. Pendekatan kosep Symbiosis of tradition and modern architecture merupakan bentuk keinginan dari Kisho Kurokawa untuk menggabungkan gaya Jepang yang sudah menjadi tradisi dengan unsur modern saat ini. Unsur tradisional banyak diterapkan pada interior , sedangkan unsur modern dapat dilihat dari penggunaan bahan (beton) dan pada penggunaan teknologi canggih yang mendukung pementasan teater. Kedua hal ini membuat pengunjung merasa berada dalam ruang di masa lampau dengan melihat pertunjukkan dari masa depan.

DIAGRAM ALUR METODE DESAIN NATIONAL BUNRAKU THEATRE OLEH KISHO KUROKAWA

METODE DAN PROSES PERANCANGAN

Konsep pendekatan Symbiosis of Tradition and modern architecture yang digunakan pada bangunan di atas diturunkan lagi ke dalam metode Intermediarry space sebagai penerapannya serta metode pattern, device and abstract symbol.

Metode Intermediarry Space
Intermediarry space merupakan suatu ruang antara yang ada dalam kebudayaan Jepang. Ruang antara ini biasanya diterapkan dalam merancang sebuah rumah dengan lingkungannya, meskipun tidak menutup kemungkinan diterapkan dalam perancangan bangunan yang lain. Dengan berdasar dari prinsip ‘engawa’ yaitu prinsip hubungan antara Shoin dengan Sukiya di mana terdapat veranda, engawa yang berfungsi sebagai intermediarry space antara rumah atau taman. Bila intermediarry space terletak di suatu ruang tertutup maka dia menjadi bagian dari interior, sedangkan bila berada di ruang terbuka, maka menjadi bagian dari eksterior. Contoh dari intermediarry space adalah teras (di ruang terbuka) sebagai penghubung antar zona publik (jalan di luar rumah) dengan zona privat (ruang dalam rumah).
Penerapan metode ini dapat dilihat pada ruang dalam teater. Untuk memaksimalkan pemanfaatan area secara total, gedung tersebut dibuat berkantilever pada lantai kedua, di mana area di bawahnya digunakan sebagai galery. Perlakuan ini merupakan salah satu ciri dari metode tradisional Jepang, yaitu menciptakan intermediate space di bawah atap di mana internal dan external space secara efektif saling mempengaruhi satu sama lain.
Selain itu, pada dinding auditorium bagian bawah dicat dengan warna hitam, sedangkan bagian atas menggunakan wheatherboard cladding pattern. Hal ini menunjukkan adanya pergantian zone.

Metode Pattern, Device and Abstract Symbol
Menggunakan turunan dari symbiosis of tradition and modern architectur. Dalam metode ini Kisho menggunakan desain pengembangan dari elemen-elemen tradisional Jepang dan dipadukan dengan bentukan-bentukan yang dipakai di jaman Edo yang diolah lagi menjadi simbol-simbol abstrak. Metode ini banyak diterapkan pada interior teater Bunraku sebagai berikut:
 Lengkung tepian atap pada entrance menggunakan gaya Cina
 Pegangan pintu fusuma dari Istana Katsura digunakan untuk pintu dorong pada pintu utama auditorium
 Furniturenya menggunakan pola-pola kimono (asymetris) untuk menghormati seni rakyat Jepang.

KONSEP PERANCANGAN

2. Melbourne Central, Australia
Karya Kisho Kurokawa yang akan dibahas berikutnya adalah Melbourne Central yang terletak di pusat wilayah bisnis di Melbourne, Australia. Kompleks ini dirancang dan dikonstruksi pada tahun 1986-1991. Cukup menghabiskan banyak waktu karena terdapat banyak bangunan dalam satu area/site. Kompleks ini mempunyai area seluas 26,067.00 m2 dengan total area/lantai 263,435.00 m2 yang meliputi
• The Tower seluas 106,131.00 m2 yang terdiri atas 4 basement, 53 stories. Menggunakan struktur baja dan reinforced concrete.
• Shopping center (Atrium annex) seluas 92,096.00 m2 yang terdiri atas 4 basement, 6 stories dan 2 penthouse. Atrium menggunakan struktur baja dan reinforced concrete.
• Shopping Center (lonsdale annex) seluas 45,208.00 m2 terdiri atas 4 basement, 3 stories dan 2 penthouse. Menggunakan struktrur baja untuk jembatan bagi pedestrian dan reinforced concrete.
Kisho Kurokawa menerapkan beberapa pendekatan konsep dari keseluruhan dasar filosofinya dalam mendesain Melbourne central ini. Konsep yang dipakai adalah : 1) the Symbiosis of History and Present, 2) the Symbiosis of Various Function.
Pendekatan konsep yang pertama The Symbiosis of History and Present merupakan cara Kisho Kurokawa dalam menciptakan suasana dua masa (lampau dan saat ini). Area lokasi Melbourne Central merupakan area yang sudah dikenal oleh masyarakat Melbourne pada khususnya dan masyarakat Australia pada umumnya. Selain itu di area ini terdapat Shot Tower yang merupakan bangunan lama. Keberadaan Shot Tower bukanlah suatu hal yang penting bila dilihat dari sudut pandang arsitektur. Namun menjadi hal yang penting untuk ‘menyajikan’ bangunan lama di antara bangunan-bangunan baru di masa sekarang secara bersama-sama.
Pendekatan yang kedua The Symbiosis of Various Function merupakan jalinan dasar atas adanya bermacam-macam ‘fungsi’ berbeda yang ada dalam kompleks tersebut. Dengan adanya konsep dasar maka fungsi yang berbeda itu dapat memiliki satu alur.

DIAGRAM ALUR METODE DESAIN MELBOURNE CENTRAL OLEH KISHO KUROKAWA

METODE DAN PROSES PERANCANGAN
Melbourne Central terdiri atas beberapa fungsi yang berbeda, yaitu kantor, retail, dan fasilitas entertainment serba guna. Selain itu di lokasi tersebut juga terdapat bangunan Shot Tower yang merupakan bangunan lama. Keadaan ini menciptakan tantangan bagi Kisho untuk merancang suatu kompleks bangunan yang menarik, untuk itu digunakanlah metode-metode tertentu sebagai berikut:

Metode Historical Symbol
Shot Tower yang merupakan bangunan historikal adalah simbol dari masa lampau. Kisho berusaha memadukannya dengan bangunan baru yang merupakan simbol masa sekarang. Di dalam kompleks itu terdapat sebuah kerucut kaca yang besar, membentuk sebuah atrium di pusat perbelanjaan dan di dalamnya terdapat The Shot Tower, sehingga seakan-akan kerucut itu melindunginya (masa sekarang melindungi masa lampau). Bisa dikatakan bila pengunjung memasuki kerucut itu maka mereka akan berada di sebuah bangunan modern dan dapat melihat bangunan lama. Keadaan ini bisa diartikan lagi menjadi bila kita sedang berada di masa sekarang, maka kita juga dapat menengok lagi ke masa lampau. Metode ini merupakan turunan dari Symbiosis of History and Present

Metode Abstract Form
Bentuk abstrak merupakan pengadaptasian dari seni modern dan arsitektur modern. Selain itu abstract form dapat diekspresikan secara bebas, bebas dilihat dari sudut pandang manapun tanpa takut akan mengubah makna atau esensinya. Keadaan ini memudahkan Kisho dalam menerjemahkan suatu bentukan sebagai wadah dari bermacam-macam fungsi yang dibutuhkan pada kompleks tersebut, dan hasilnya pun memiliki berbagai makna yang berbeda. Bentukan-bentukan yang diterapkan pada kompleks Melbourne Central ini antara lain kerucut, kerucut yang terpotong, kubah dan persegi panjang. Metode abstract form merupakan turunan dari Symbiosis of Various Function.

Metode Heterogen Material
Untuk mengimbangi bentukan-bentukan abstrak tersebut, maka digunakanlah bermacam-macam material seperti batu, papan alumunium, kaca pantul, dan kaca gelap. Semua ini dimaksudkan untuk menghindari kemonotonan. Perbedaan material pada permukaan bangunan menciptakan suatu transisi, yaitu solid di bagian bawah dan mulai berubah sedikit demi sedikit sampai pada puncaknya, seakan-akan ‘menguap’ menuju angkasa.

Metode Intermediarry Space
Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa intermediarry space menghubungkan dua zona yang berbeda. Dalam kompleks Melbourne Central ini terdapat banyak bangunan yang terpisah, untuk menghubungkannya maka dibuatlah sebuah jembatan bagi para pedestrian yang menggunakan struktur baja. Jembatan ini merupakan bentuk terapan dari intermediarry space.

Kompleks Melbourne Central ini diharapkan bisa menjadi pusat kota yang memiliki ciri khas mengingat ciri khas kota Melbourne sudah hilang karena terlalu banyak ‘fungsi’ yang ada.

KESIMPULAN

Kisho Kurokawa adalah seorang arsitek yang berdasarkan pada pengalaman dan pengajaran selama studi mencanangkan sebuah gagasan / paham metabolisme. Dari paham ini ditelusuri lebih dalam lagi menjadi sebuah paham simbiosis yang menjadi filosofinya dalam berkarya. Ada dua hal penting yang menjadi inti dari filosofi simbiosis yaitu ; Diachronicity of time dan Synchroncity of space. Sedangkan yang menjadi komponen dasar dari filosofi ini adalah simbiosis dari kebudayaan yang heterogen, manusia dan teknologi, interior dan eksterior, sebagian dan keseluruhan, sejarah dan masa depan, alasan dan intuisi, religi dan ilmu pengetahuan arsitektur manusia dan alam.
Dalam merancang National Bunraku Theatre, Kisho Kurokawa menggunakan dua pendekatan konsep Filosofi simbiosis, yaitu Symbiosis with nature dan Symbiosis Of Tradition and Modern Architecture, di mana merupakan tanggapan atas site dan usaha membentuk perpaduan dari dua kebuadayaan. Dua konsep ini diturunkan menjadi dua metode perancangan yaitu metode Intermediarry Space dan metode Pattern, Device and Abstract Symbol. Sebuah bangunan (menurut kebudayaan jepang) harus memiliki ruang antara, dalam hal ini berfungsi sebagai jembatan penghubung antara internal dan external space, antara budaya tradisional dan budaya modern. Unsur budaya tradisional banyak diterapkan pada elemen arsitektural dalam interiornya, sedangkan unsur modern diterapkan pada utilitas yang mendukung pertunjukan di teater tersebut.
Saat merancang Melbourne Central Kisho Kurokawa menggunakan dua pendekatan kosep perancangan yaitu Symbiosis of History and Present, serta Symbiosis of Various Function. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode Historical Symbol, Abstract Form, Heterogen Material dan Intermediarry space. Di dalam site dari kompleks tersebut terdapat sebuah bangunan lama (the Shot Tower) yang tetap dipertahankan sementara menambah sejumlah bangunan baru. Keduanya merupakan simbol dari masa depan dan masa lampau. Dalam perancangannya, bangunan historical itu ditempatkan dalam sebuah bangunan baru sehingga tercipta jalinan antara masa sekarang dan masa lampau (masa sekarang meliputi masa lampau). Kompleks tersebut terdiri atas beberapa fungsi yang berbeda, agar sejalan dengan keadaan ini maka bentukan-bentukan bangunan itu pun berbeda, menggambarkan keadaan yang abstract. Selain itu digunakan pula berbagai macam material untuk menghindari kesan monoton, namun tetap memiliki suatu alur yang sama. Untuk menghubungkan ‘fungsi’ yang berbeda tersebut dibuatlah jembatan penghubung bagi pejalan kaki yang merupakan penerapan dari metode intermediarry space.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.greatbuildingonline.com
http://www.kisho.co.jp
http://www.project.us.com

This entry was posted in Uncategorized and tagged . Bookmark the permalink.

1 Response to Kisho Kurokawa

  1. shanty says:

    mencerahkan..

Leave a comment